Setiap tahun, kata kembali fitri menjadi kata yang jamak diucapkan. Terutama setelah melewati puasa selama satu bulan. Ia diucapkan sebagai pendamping kata idulfitri.
Idulfitri merupakan momen istimewa yang dirayakan setiap tahunnya. Ia merupakan momen kemenangan. Namun, kebanyakan orang tidak tahu (atau memang kalah) menang dari apa? Atau kalah dari apa?.
Jelang beberapa hari lagi, momen ini akan datang kembali. Yang patut kita miliki sebelum ia datang adalah kesadaran bahwa kita hendaknya terus memperbaiki diri. Momen kemenangan bukan berarti momen tempat berhenti melakukan sesuatu. Tapi, sebaliknya. Ia merupakan momen memulai segala sesuatu.
Kembali fitri, hendaknya dimaknai sebagai titik awal untuk melakukan kebaikan-kebaikan ke depannya. Kita benar-benar kembali fitri atau tidak hendaknya tidak perlu dipusingkan. โ๐ธ๐๐
Dalam bahasa arab, pensil dikenal dengan istilah qolamurrosoosi. Benda ini merupakan alat penting dalam dunia tulis menulis. Benda lainnya adalah tempat untuk menulis. Kertas. Itu yang kita kenal sekarang. Padahal, dulu, manusia sering juga menulis di batu, di tembok gua, tulang belulang dll. Dari sejarahnya, kertas pertama kali diperkenalkan di Negara China. Dulu belum ada mungkin yang menulis pakai pensil karena belum ada. Yang dipakai adalah tinta, dengan penanya. ๐
Bagi sebagian orang, pensil lebih nyaman dipakai di keseharian karena mudah dan bisa dihapus. Membuat tulisan, mencoret-coret gambar pemandangan, membuat lukisan, membuat sketsa, kegiatan ini kebanyakan diawali dengan menggunakan pensil. Koreksi kertas jawaban juga lebih enak menggunakan pensil.๐๐๐ฟ
Sekarang, pensil memiliki banyak macam. Ada yang dipakai oleh tukang bangunan, pensilnya tebal dan agak lonjong. Ada yang dipakai untuk mengerjakan tugas. Pensil yang umum dipakai biasanya ditemani oleh stip dan rautan. Ada juga sekarang pensil mekanik. Pensil mekanik itu, bisa diisi ulang. Kita tidak perlu rautan untuk menajamkannya.
Dalam film Three Idiots (3 Idiots), rektor kampus teknik di india yang dijadikan sebagai setting kejadian film tersebut selalu membanggakan pena yang diberikan oleh profesornya. Ia selalu mengatakan bahwa yang berhak menerima wasiat penanya hanya murid yang paling berprestasi di kampus tersebut. Ia selalu menceritakan kisah bahwa di luar angkasa, pena itu sangat penting. Tidak bisa digantikan dengan pensil. Pada akhir cerita pena tersebut, ia memberikan pena tersebut kepada Phunshuk Wungdu. Ia lalu menjelaskan, alasan mengapa di luar angkasa, seseorang tidak bisa menggunakan pensil. Jawabannya adalah karena jika menggunakan pensil, maka serpihan akibat goresan pensilnya ditakutkan akan mengenai mata astronotnya. ^^ ๐๐ฎ๐ธ๐
Kisah di atas hanya selingan saja. Tapi yang belum nonton 3 Idiots, cari saja filmnya. Filmnya bagus.
Pada akhirnya, pensil selalu saling melengkapi dengan pena. Hal yang tidak bisa dilakukan oleh pensil dapat dilakukan oleh pena. Pun sebaliknya. Jadi, setiap hal punya perannya masing-masing.
Kita juga sama. Tinggal kita, mau ikuti peran kita atau tidak. Pensil tidak pernah iri dengan pena. Begitu pun seharunya kita. Takdir hidup dariNya adalah yang terbaik.
Ia nya menjadi indah Oleh pengorbanan menjemputnya di palung samudera juga oleh waktu yang membentuknya Seperti dirimu yang juga indah Oleh pengorbanan yang kau baktikan Pada sesama Sungguh engkau indah Karena engkau adalah Mutiara ^^
(by A&N)
Mutiara. Awalnya ia bukan apa-apa. Hanya butiran pasir dan debu kotor yang tak ada harganya. Waktu yang kemudian membentuknya: detik demi detik, di kedalaman samudera, dalam kegelapan cangkang makhluk-Nya. ๐๐ธ
Dengan proses yang demikian panjang dan pelan, penuh kesabaran. Pun kemudian,
keindahannya juga tak dapat segera dinikmati begitu saja. Karena ia harus dijemput di kedalaman lautan, dikeluarkan dari rumahnya yang kokoh dan dibersihkan, disepuh dan diolah hingga menjadi perhiasan istimewa.
Sungguh sebuah proses yang panjang dan melelahkan, bahkan bukan tidak mungkin terhenti di tengah jalan.
***Mungkin engkau pernah merasa dirimu bukanlah apa-apa saat ini.
Bahkan bisa jadi lebih dari itu, engkau membenci dirimu sendiri, sebagai
manusia tak berguna, makhluk sia-sia. Begitu banyak kekurangan, begitu
banyak kesalahan dan keburukan. Apalagi ketika kau melihat orang lain yang nampak begitu sempurna dan memiliki begitu banyak kelebihan, rasanya engkau makin ingin tenggelam.
Mengapa orang lain memiliki begitu banyak
kelebihan sedang aku tak memiliki apa-apa kecuali kekurangan? Mengapa
aku buruk sedang orang lain cakep? Mengapa orang lain berhasil dan aku
selalu gagal? Mengapa orang lain kaya dan aku miskin? Serta beribu
‘mengapa’ lainnya yang akan membuat kita kecewa dan terluka, serta terpaku
pada kekurangan-kekurangan yang kita miliki.
Padahal, saya percaya, setiap kita tahu dan yakin, bahwa Allah tidak
mungkin menciptakan makhlukNya hanya dengan kekurangan saja atau
kelebihan saja. Hanya dengan mudharat saja tanpa manfaat atau sebaliknya. Pun
kita manusia, pastilah memiliki keduanya dalam porsi yang imbang. Dia
yang maha kuasa membekali manusia dengan segala kelebihan, menjadikan
setiap insan memiliki keistimewaan.
Hanya saja proses hidup yang kita
alami mungkin telah membuatnya hanya menjadi potensi terpendam, tak muncul
ke permukaan, bahkan mungkin ia, sekalipun ia pernah muncul di masa
kecil kita, kemudian terkubur oleh segala tekanan dan rintangan.
Padahal, ibarat mutiara, kita tak dapat menjadi berharga begitu saja.
Kita butuh waktu untuk membentuknya. Kita butuh proses panjang untuk
mendapatkan keindahannya. Dan proses ini, butuh ketelatenan dan kesabaran.
Ya, sesungguhnya setiap kita adalah mutiara yang memiliki pancaran
keindahan kita masing-masing, seperti apapun adanya kita pada awalnya. Kita
hanya harus menyepuhnya untuk membuatnya menjadi berharga. Dan proses
menyepuh ini, banyak cara dan jalannya.
Rintangan, hambatan, pengalaman, pembelajaran, baik oleh diri sendiri
maupun oleh orang lain, tidak akan menjadi masalah. Karena pada dasarnya
kita adalah mutiara. Kita hanya harus berusaha semaksimal kita, membuka
mata, buka telinga dan buka hati.
Hanya satu awal yang perlu kita lakukan: itikad dan keyakinan untuk
menjadi mutiara. Sungguh saya ingin menjadi mutiara, melalui berbagi dan
berbakti pada sesama.
Engkau? Menjadi mutiara seperti apa yang engkau inginkan? ^^ ๐ฆโ๐
Takdir terbaik adalah takdir yang dirancanNya untuk kita,,
Keberuntungan yang paling disenangi olehNya adalah keberuntungan yang terbaik,,
Rizki yang disenangiNya adalah rizki yang paling berkah dan rizki terbaik,,
Keindahan terbaik adalah keindahan yang datang dariNya,,
Ilmu terbaik adalah ilmu yang membuat kita dekat denganNya,,
Wajah yang terbaik adalah wajah yang senang dan menyenangkan karenaNya,,
Pandangan terbaik adalah pandangan yang apapun yang kita lihat, kita melihatNya,,
Lagu terbaik adalah doโa anak yatim dan orang miskin yang berdoโa kebaikan untuk sesama,,
dan Nada terbaik adalah nada yang jika mendengarnya kita merasa bahwa betapa indah IA yang telah memberikan kita kemampuan untuk mendengar..
Kita mungkin belum seperti mereka yang ketika mendengar azan, langsung mengambil air wudhu dan menghadapNya.. Namun, mari berusaha, bahwa setiap nada dan lagu yang kita dengarkan ketika bangun tidur, menjadikan kita ingat padaNya.. Setiap ada orang yang meminta pertolongan kepada kita, kita dengan senang hati memberikan bantuan.. Ketika ada yang sedang memiliki masalah, kita dengan senang hati mendengarkannya, sambil dengan tulus mendo’akan yang terbaik untuknya..
Kita mungkin belum bisa bangun di pagi hari untuk shalat tahajjud menghadap dan mengadukan masalah kita padaNya.. Namun, mari berusaha, agar di setiap shalat wajib yang kita laksanakan, dalam sujud kita, kita selalu benar-benar memohonkan padaNya agar membimbing dan menuntun jalan kita menujuNya.. di shalat subuh kita, di shalat dzuhur kita, shalat ashar kita, shalat magrib dan shalat isa kita.. Atau, setidaknya kita tidak pernah lupa mendoโakan orang-orang yang mencintai kita sepenuh hati.. Rasulullah SAW, orang tua kita, guru-guru kita..
Kita mungkin belum bisa membaca Al-qurโan tiap hari tiap lembar,, tiap minggu tiap juz.. Namun, mari berusaha membaca surat fatihah dalam shalat kita dengan sepenuh hati,, dalam setiap ayat yang kita baca setiap shalat, kita selalu menghadirkanNya.. dalam setiap takbir yang kita ucapkan, kita sadar,, seberapa besar dan agung IA, dan seberapa kecil diri kita di hadapanNya..
Yang TERBAIK untuk kita, adalah yang TERBAIK dariNya dan yang kita lakukan untukNya..
Kau tahu kawan,, kapan saat terbaik kita di dunia ini?
Saat terbaik itu adalah saat kita meninggalkan dunia ini dengan kalimat laa ilaaha illallah..
Semoga kita bisa menghadirkanNya dalam setiap apa yang kita lakukan.. ๐
Menulis setiap hari memang agak susah, tapi tidak apa-apa, bukan berarti tidak bisa.. Saya akan tetap mencoba menulis, walaupun hanya beberapa kalimat..
Apa yang kita tulis sebenarnya menggambarkan apa yang sering kita baca, lihat, dan serap. Dari keseharian kita, mulai dari bangun tidur, hingga akan tidur lagi.. Sama seperti apa yang kita ucapkan, yang menggambarkan apa isi hati kita.. Seperti teko, yang keluar pasti adalah isi teko, entah itu air, sirup, susu, atau apapun, sehingga, jika ingin melihat orang, bisa dilihat dari apa yang sering diucapkannya.. tapiii, selalu ingin, sesuatu terkadang tidak selalu berarti seperti apa yang tampak di permukaan..
Di media sosial saat ini, berkomentar adalah hal yang lumrah. Dan semua hal pasti ingin dikomentari, entah itu, paham atau tidak dengan apa yang ingin dikomentari tersebut.. di media sosial, tidak ada kasta. Semua orang memiliki kedudukan yang โsamaโ.. dan bebas menulis dan mengomentari apapun yang ramai saat itu juga. Dan kebanyakan juga, hanya ikut-ikutan. Misalnya saja, ada sesuatu yang sedang viral, tentang gelang dari batu yang dapat mengusir serangga. Mereka yang kurang kritis, pasti akan langsung percaya, atau minimal, menganggapnya benar. Padahal, kita harus melihat, dari siapa berita itu, dan dapatkah berita itu dipercaya. Apalagi tentang agama, kita sering kali menelan mentah-mentah, dan langsung mempercayai apa kata kebanyakan โnetizenโ. Bahkan, yang tidak ahli dalam agama terkadang dilebih-lebihkan, jika itu sesuai dengan hatinya, bukan sesuai dengan ilmunya.
Jadi, marilah sama-sama melihat diri sendiri.. Mari arif dalam menggunakan media sosial. Media sosial hanyalah media kita untuk bersosialisasi dan mencari ilmu, kepada yang berilmu. Tapi hati-hati juga, menyerap ilmu yang didapatkan dari media sosial, karena belum tentu benar. Apalagi jika hanya melihat dari video atau tulisan yang hanya beberapa menit saja. Kita menjadi tidak melihat sesuatu ilmu secara utuh. Apalagi jika hanya membaca komentar-komentar dan mengeluhkan macam-macam di media sosialnya. Entah sakitlah, entah susah lah, entah lagi miskinlah, entah lagi galau lah, entah lagi marah lah, semuanya diluapkan. Di dunia yang maya, bukan di dunia nyata. Mana ada yang bisa berubah, toh dia hanya mengeluh di dunia maya..
Sudah, segitu aja dulu.. terima kasih sudah membaca tulisan yang tidak jelas ini..
Eh tapi, biar ada manfaatnya, berikut ada Kata Mutiara dari Dr. Manmohan Singh,
“Tuhan menganugrahkan ketenangan untuk menerima hal-hal yang dapat aku ubah,,
Keberanian unuk mengubah hal-hal yang dapat aku ubah,,
dan Kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya..”