Sebagai bagian dari generasi yang lahir di tahun 1990-an, saya banyak mengalami pengalaman yang tidak akan ditemukan di era seperti saat ini dan saya bersyukur sekali karena bisa mengalaminya..
Tapi,, mungkin setiap generasi punya tantangan dan kelebihannya masing-masing.. tinggal selanjutnya, kita yang harus pandai-pandai mengambil pelajaran dari perubahan zaman yang selalu dinamis..
Tahun 2005 adalah tahun pertama saya masuk ke Pondok Pesantren.. Saya merupakan satu di antara teman-teman lainnya yang memilih untuk melanjutkan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren.. Memikirkannya saat ini membuat saya rindu dengan kehidupan di Pesantren dulu..
Kita tinggal di pesantren 24 jam, sejak mulai bangun tidur, sampai tidur lagi.. Pada awal masuk pesantren, tentu saja, tidak betah.. Banyak aturan yang ketat, hukuman, masalah, dll.. Namun seiring dengan berjalannya waktu, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, saya berangsur menyukai hidup di pesantren.. Di pesantren saya mengenal banyak hal, mendapatkan sahabat, belajar hidup bersama, belajar susah bersama, mengaji bersama, dihukum bersama dll.. Di saat teman-teman yang lain bebas ke mana saja tanpa terikat aturan, saya dan teman-teman di pesantren diajarkan untuk menaati aturan.. Tapi ada juga,, saat-saat saya juga melanggar beberapa aturan.. hhee
Masih ada banyak kisah di pesantren yang menarik untuk diabadikan.. Tapi sampai di sini dulu..
Kembali ke mengenal dunia luar..
Ketika lulus dari pesantren adalah saat-saat mengenal dunia luar.. Untuk pertama kalinya, saya membeli handphone sendiri.. hhee Berbekal uang beasiswa, saya membeli handphone yang bisa memutar lagu-lagu.. di masa itu, handphone ini adalah barang mewah yang tidak saya miliki kecuali setelah selesai dari pesantren.. Saya kemudian tersadar, dan besyukur sekali karena memiliki handphone setelah lulus Madrasah Aliyah.. Sebenarnya, saat ini bukan saat pertama saya mengenal handphone karena ada teman-teman lain yang juga memilikinya, serta, ada juga guru saya yang sering meminjamkan handphone-nya untuk sekedar mendengarkan musik..
Satu hal yang paling saya syukuri sampai saat ini adalah saya mengenal dunia luar ketika saya sudah memiliki pegangan yang menjadikan saya tidak mudah terbawa arus ‘dunia luar’.. Pondok Pesantren memberikan pegangan dan pedoman bahwa kau tidak boleh ikut arus,, sebisa mungkin, kau buat arus sendiri.. Pun ketika saya diberikan kesempatan untuk merantau dan keluar lebih jauh lagi, apa yang saya dapatkan dan pelajari selama di pondok pesantren dulu menjaga saya dari arus zaman yang selalu berubah dan tidak menentu..
Zaman akan selalu berubah,, dunia luar juga dunia yang harus kita hadapi agar kita tahu bahwa dunia tidak sesempit yang kita pikirkan.. Ada banyak sekali lembaran yang perlu kita isi dalam kehidupan kita..Β Ada banyak sekali yang harus kita kunjungi untuk merasakan seberapa besar dunia ini, dan seberapa kecil kita.. dengan begitu, kita menjadi tahu seberapa besarNya ia.. Bagaimanapun keadaan ‘dunia luar’, kita hendaknya tidak lupa untuk selalu kembali padaNya.. Karena IA adalah muara dari segala sesuatu..
Hidup di Dunia ini hanya sekali saja,, dan yang akan datang adalah waktu yang paling dekat.. Jadi, jangan sia-siakan hidup kita.. Keluarlah, jelajahi dunia luar, tapi jangan lupa selalu kembali padaNya di ujung hari-harimu.. π
Bogor, 12 Februari 2019