Kembali Fitri

Setiap tahun, kata kembali fitri menjadi kata yang jamak diucapkan. Terutama setelah melewati puasa selama satu bulan. Ia diucapkan sebagai pendamping kata idulfitri.

Idulfitri merupakan momen istimewa yang dirayakan setiap tahunnya. Ia merupakan momen kemenangan. Namun, kebanyakan orang tidak tahu (atau memang kalah) menang dari apa? Atau kalah dari apa?.

Jelang beberapa hari lagi, momen ini akan datang kembali. Yang patut kita miliki sebelum ia datang adalah kesadaran bahwa kita hendaknya terus memperbaiki diri. Momen kemenangan bukan berarti momen tempat berhenti melakukan sesuatu. Tapi, sebaliknya. Ia merupakan momen memulai segala sesuatu.

Kembali fitri, hendaknya dimaknai sebagai titik awal untuk melakukan kebaikan-kebaikan ke depannya. Kita benar-benar kembali fitri atau tidak hendaknya tidak perlu dipusingkan. β˜˜πŸŒΈπŸ€πŸ‘

Kepastian 😁

Selamat malam,,, maaf ya, telat.. Tapi, semoga tetap dibaca. Yoroshiku onegaishimasu… ^^

β„πŸŒΈπŸŒΏ

Mengapa banyak orang yang takut pada ‘ketidakpastian‘?

Bukan kah menarik, kita menjalani kehidupan yang tidak pernah kita duga sebelumnya. 🐞

Bukan kah menarik, kita tidak mengetahui apa yang akan kita hadapi ke depannya. πŸ¦‹

Bukan kah menarik, kita tidak tahu bahwa apa yang sudah kita alami, kejadian-kejadian, peristiwa, kekecewaan, kebahagiaan, et cetra ternyata menjadikan kita seperti saat ini, menjadikan kita lebih baik. Hari ini dan seterusnya. πŸ¦—

Jadi…

Kenapa takut?

Jadikan lah ketidakpastian itu teman kita sehari-hari.

Kita hanya bisa hubungkan titik-titik kehidupan yang telah kita lalui ke depan, bukan ke belakang. Meski kita kadang berjalan pincang, yang penting tetap di jalan yang baik, jangan takut. !!! 😊

Mari nikmati ketidakpastian…


Bukan kah, selalu ada yang memastikan kebaikan untuk kita pada jalan apa pun yang kita pilih.

Yakin saja,, IA yang selalu memastikannya. IA tidak pernah ingkar janji, kan.

Ini ada bonus sedikit.. Hhee

πŸƒπŸŒΈπŸ
Terkadang,,
kau belum mendapatkan sesuatu
yang kau inginkan,
meskipun sudah berusaha dengan baik,
karena
sebagian hatimu
masih belum benar-benar menginginkannya..”
Kalau kata Pak Cik Andrea,
“Tuhan belum selesai menghitung.
Jika saatnya, ia akan selesai menghitungnya (-red)

If you want to get something,,
chase it heartfully.. 😊
God still counting.. πŸ™‚

#Selamat malam. Oyasuminasai.. πŸ˜πŸ€πŸ

Di sebuah pagi, di ujung sawah sebelah barat. By: Amrul

Mengenal Dunia Luar,,

Sebagai bagian dari generasi yang lahir di tahun 1990-an, saya banyak mengalami pengalaman yang tidak akan ditemukan di era seperti saat ini dan saya bersyukur sekali karena bisa mengalaminya..

Tapi,, mungkin setiap generasi punya tantangan dan kelebihannya masing-masing.. tinggal selanjutnya, kita yang harus pandai-pandai mengambil pelajaran dari perubahan zaman yang selalu dinamis..

Tahun 2005 adalah tahun pertama saya masuk ke Pondok Pesantren.. Saya merupakan satu di antara teman-teman lainnya yang memilih untuk melanjutkan Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren.. Memikirkannya saat ini membuat saya rindu dengan kehidupan di Pesantren dulu..

Kita tinggal di pesantren 24 jam, sejak mulai bangun tidur, sampai tidur lagi.. Pada awal masuk pesantren, tentu saja, tidak betah.. Banyak aturan yang ketat, hukuman, masalah, dll.. Namun seiring dengan berjalannya waktu, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, saya berangsur menyukai hidup di pesantren.. Di pesantren saya mengenal banyak hal, mendapatkan sahabat, belajar hidup bersama, belajar susah bersama, mengaji bersama, dihukum bersama dll.. Di saat teman-teman yang lain bebas ke mana saja tanpa terikat aturan, saya dan teman-teman di pesantren diajarkan untuk menaati aturan.. Tapi ada juga,, saat-saat saya juga melanggar beberapa aturan.. hhee

Masih ada banyak kisah di pesantren yang menarik untuk diabadikan.. Tapi sampai di sini dulu..

Kembali ke mengenal dunia luar..

Ketika lulus dari pesantren adalah saat-saat mengenal dunia luar.. Untuk pertama kalinya, saya membeli handphone sendiri.. hhee Berbekal uang beasiswa, saya membeli handphone yang bisa memutar lagu-lagu.. di masa itu, handphone ini adalah barang mewah yang tidak saya miliki kecuali setelah selesai dari pesantren.. Saya kemudian tersadar, dan besyukur sekali karena memiliki handphone setelah lulus Madrasah Aliyah.. Sebenarnya, saat ini bukan saat pertama saya mengenal handphone karena ada teman-teman lain yang juga memilikinya, serta, ada juga guru saya yang sering meminjamkan handphone-nya untuk sekedar mendengarkan musik..

Satu hal yang paling saya syukuri sampai saat ini adalah saya mengenal dunia luar ketika saya sudah memiliki pegangan yang menjadikan saya tidak mudah terbawa arus ‘dunia luar’.. Pondok Pesantren memberikan pegangan dan pedoman bahwa kau tidak boleh ikut arus,, sebisa mungkin, kau buat arus sendiri.. Pun ketika saya diberikan kesempatan untuk merantau dan keluar lebih jauh lagi, apa yang saya dapatkan dan pelajari selama di pondok pesantren dulu menjaga saya dari arus zaman yang selalu berubah dan tidak menentu..

Zaman akan selalu berubah,, dunia luar juga dunia yang harus kita hadapi agar kita tahu bahwa dunia tidak sesempit yang kita pikirkan.. Ada banyak sekali lembaran yang perlu kita isi dalam kehidupan kita..Β  Ada banyak sekali yang harus kita kunjungi untuk merasakan seberapa besar dunia ini, dan seberapa kecil kita.. dengan begitu, kita menjadi tahu seberapa besarNya ia.. Bagaimanapun keadaan ‘dunia luar’, kita hendaknya tidak lupa untuk selalu kembali padaNya.. Karena IA adalah muara dari segala sesuatu..

Hidup di Dunia ini hanya sekali saja,, dan yang akan datang adalah waktu yang paling dekat.. Jadi, jangan sia-siakan hidup kita.. Keluarlah, jelajahi dunia luar, tapi jangan lupa selalu kembali padaNya di ujung hari-harimu.. πŸ™‚

Bogor, 12 Februari 2019